Tanpa terasa malam pergantian tahun
ini datang kembali, Laras seorang gadis yang selalu menyendiri, selalu
melewatinya dengan hati yang terluka. Begitu pula malam ini, kejadian 1 tahun lalu
dimana dia harus kehilangan orang yang dia sayangi, terlintas kembali di
pelupuk matanya, peristiwa tragis yang merenggut nyawa seseorang, sehingga orang
itu pergi untuk selama-lamanya.
Dia adalah Riyyan, merupakan sahabatnya sejak
kecil, sejak kejadian itu dia membenci dirinya sendiri dan membenci hari itu. Karena
pada saat itu ketika Laras dan Riyyan merayakan malam tahun baru, mereka
bertengkar karena suatu hal yang sepele, Laras menunggu Riyyan disebuah taman
untuk merayakan malam pergantian tahun bersama, akan tetapi waktu itu Riyyan tak
kunjung datang, sehingga akhirnya dia kesal dan tak lama
kemudian Riyyan datang
“hei..sorry ya aku telat, tadi….”. “udahlah aku benci sama kamu” Laras langsung
memotong pembicaraan Riyyan, akhirnya dia pun pergi. “ras tunggu, dengerin
aku ngomong sampai selsai…!” pinta Riyyan akan tetapi laras terus berjalan
pergi meninggalkannya, dan Riyyan pun mengejarnya. “ras kamu kenapa pergi?
Aku sudah datang” laras menghentikan langkahnya dan menjawab “aku sudah
menunggu mu 4 jam yang lalu, kamu baru datang sekarang, aku paling benci yang
namanya menunggu, kamu tau itu kan?” ,“iya aku tau, tapi aku gak bermaksud
bikin kamu kesal kaya gini, maafin aku ras..!” tapi laras meneruskan kembali
langkahnya tanpa memperdulikan perkataan Riyyan.
Dari arah yang berlawanan ada dua buah mobil yang melaju dengan kencang, tanpa sadar laras tidak memperhatikan itu, dan akhirnya dia akan tertabrak salah satu mobil itu, akan tetapi Riyyan langsung mendorong tubuh ,laras dan kemudian tubuh Riyyan terjatuh tertabrak mobil itu. laras melihat kejadian itu dengan jelas, ternyata Riyyan telah menyelamatkannya. Mobil itu pergi begitu saja, dengan perasaan takut laras menghampiri tubuh Riyyan yang tergolek lemah dan kepala yang banyak mengeluarkan darah. Ketika di Rumah sakit tak satu pun perawat yang segera menolong Riyyan, malam itu ketika dia terbaring di sebuah sudut ruangan Rumah sakit kecil akibat kecelakaan yang dia alami. Dia terkulai lemah tak berdaya, mengerang dan merintih kesakitan. laras tak mampu berbuat apa-apa untuk membantu selain berlari-lari mencari meminta perawat untuk segera menolongnya, lalu kembali dia ke tempatnya untuk melihat keadaan Riyyan. Dia merasa kesal melihat mereka berdalih bahwa mereka tak bisa melakukan apapun apabila pengurusan administrasi dengan keluarganya belum dilakukan, dan juga dokter pun baru dalam perjalanan ke rumah sakit. “dimana hati nurani mereka?” laras menggumam, melihat sesosok Riyyan yang terbujur lemah tak berdaya. Mereka lebih mementingkan sebuah prosedur dari pada sebuah nyawa manusia yang sangat berharga. Beberapa menit setelah dokter datang dan mencoba ala m pertolongan akhirnya Riyyan pun menghembuskan nafas terakhir sambil membisik sesuatu “laras…maafin aku..!! dia menutup matanya untuk selama-lamanya.
laras terguguk menangis disudut kamar itu dia menyesal kenapa semua itu bisa terjadi, semuanya seperti sebuah mimpi. Dokter yang menolong Riyyan datang menghampirinya dan meminta maaf atas semua kesalahan dari perawat-perawat di Rumah sakit itu. Setelah itu jenazah Riyyan dibawa pulang oleh kedua orang tuanya.
Dari arah yang berlawanan ada dua buah mobil yang melaju dengan kencang, tanpa sadar laras tidak memperhatikan itu, dan akhirnya dia akan tertabrak salah satu mobil itu, akan tetapi Riyyan langsung mendorong tubuh ,laras dan kemudian tubuh Riyyan terjatuh tertabrak mobil itu. laras melihat kejadian itu dengan jelas, ternyata Riyyan telah menyelamatkannya. Mobil itu pergi begitu saja, dengan perasaan takut laras menghampiri tubuh Riyyan yang tergolek lemah dan kepala yang banyak mengeluarkan darah. Ketika di Rumah sakit tak satu pun perawat yang segera menolong Riyyan, malam itu ketika dia terbaring di sebuah sudut ruangan Rumah sakit kecil akibat kecelakaan yang dia alami. Dia terkulai lemah tak berdaya, mengerang dan merintih kesakitan. laras tak mampu berbuat apa-apa untuk membantu selain berlari-lari mencari meminta perawat untuk segera menolongnya, lalu kembali dia ke tempatnya untuk melihat keadaan Riyyan. Dia merasa kesal melihat mereka berdalih bahwa mereka tak bisa melakukan apapun apabila pengurusan administrasi dengan keluarganya belum dilakukan, dan juga dokter pun baru dalam perjalanan ke rumah sakit. “dimana hati nurani mereka?” laras menggumam, melihat sesosok Riyyan yang terbujur lemah tak berdaya. Mereka lebih mementingkan sebuah prosedur dari pada sebuah nyawa manusia yang sangat berharga. Beberapa menit setelah dokter datang dan mencoba ala m pertolongan akhirnya Riyyan pun menghembuskan nafas terakhir sambil membisik sesuatu “laras…maafin aku..!! dia menutup matanya untuk selama-lamanya.
laras terguguk menangis disudut kamar itu dia menyesal kenapa semua itu bisa terjadi, semuanya seperti sebuah mimpi. Dokter yang menolong Riyyan datang menghampirinya dan meminta maaf atas semua kesalahan dari perawat-perawat di Rumah sakit itu. Setelah itu jenazah Riyyan dibawa pulang oleh kedua orang tuanya.
“Riyyan……malam ini aku kangen banget sama kamu…..seandainya kamu masih ada pasti kita merayakan malam tahun baru ini bersama, dan meniup terompet dengan pesta kembang api seperti malam-malam tahun baru sebelum kamu pergi jauh tinggalin aku.” laras menggumam mengingat masa lalu yang telah dia lewati bersama Riyyan, tanpa terasa air matanyapun berlinang membasahi pipinya. malam ini dia hanya berdiam diri di kamar menatap kelamnya langit malam ini. “aku ingin mencari sebuah bintang yang paling terang untuk ku jadikan bintangmu dan bintangku, selama satu tahun ini aku belum bisa juga melupakan bayanganmu dari ingatan itu, dan ala mini malam terakhir aku di Bandung. Besok aku pindah ke Jakarta. Mama, Papa ku ingin aku tinggalkan kota Bandung tempat kelahiranku supaya aku tidak terus menerus terlarut dalam kesedihan akibat kematian kamu, sebenarnya aku gak bisa tinggalin tempat ini, tinggalin semua kenangan kita yang pernah ada.” Dia bicara sambil menatap photo Riyyan.
***
Keesokan harinya dia sudah berada
dijakarta, hari pertama masuk sekolah, untuk pertama kalinya dia mengenakan
pakaian putih abu, seharusnya dia merasa senang, akan tetapi diwajahnya tak
terlihat sedikitpun keceriaan seperti teman-temannya yang lain “Laras, kamu harus semangat inikan hari
pertama kamu duduk dibangku SMA..!! ” kata papa nya sambil memecahkan
lamunannya.
“ia makasih pa, laras masuk kelas dulu ya.”
karena pagi itu papa nya mengantarkan puteri kesayangannya ke sekolah barunya.
Hari pertama dia masuk sekolah barunya dan memulai kenalan dengan anak-anak
dikelasnya. Ternyata mereka baik juga, dia merasa suasana barunya begitu
menyenangkan. Keesokan paginya dia terlambat datang sekolah dan sengaja dia
menabrak seseorang “ma..maaf, aku gak sengaja”.
“maaf-maaf, mata kamu buta ya ? kalau jalan tuh lihat-lihat”.
“iya maaf, kan aku udah minta maaf, aku kesiangan lagi buru-buru, sekali lagi maaf ya…?!”
“iya, Lain kali jangan di ulangin lagi, kamu fikir aku juga gak buru-buru apa.” Kata seorang cowok bertubuh tinggi, dan berawakan atletik itu kemudian dia pun pergi.
Sesampainya di kelas ternyata gurunya sudah masuk, karena telat maka dia dihukum tidak boleh mengikuti pelajaran PLH. “hari kedua begitu menyebalkan, kenapa aku dihukum? Aduh.. pake acara telat segala” laras menggerutu sendiri sambil duduk di koridor depan kelasnya. Tak lama kemudian seseorang cowok menghampirinya, “kamu dihukum juga ternyata” laras menoleh kearah suara itu dan ternyata cowok itu adalah cowok yang tadi dia tabrak. “ka…kamu?”. “hai, aku Raka, tadi kamu yg nabrak aku di koridor bawah.” “oh, tadi maaf ya?”. “udah gak papah ko, nama kamu siapa?”. “nama aku Laras” kemudian Raka tersenyum “kenapa namanya ada yang aneh ya?” Tanya nya kebingungan. “e..engga ko, bagus..! kamu kelas 10 berapa?”. “10 empat”. Jawabnya dengan terheran-heran akan sosok cowok itu. “aku 10 delapan, karena telat aku juga dihukum, hah ketat banget peraturan sekolah ini gak seperti di SMP..!!”. “Namanya juga sudah SMA, jadi ya harus lebih disiplin lagi, oya kamu dari SMP mana?.” Dia memberanikan diri bertanya kepada cowok itu. “SMP 1, kamu sendiri?”. “aku dari SMP 2 Bandung”. “oh, jadi kamu dari bandung ya, pantesan kamu gak kaya cewek laen”. “maksudnya?” dia merasa tidak mengerti apa yang Raka katakan. “sudahlah lupakan saja, aku juga dari luar daerah.” Lalu mereka berdua pun ngobrol-ngobrol sampai akhirnya bel jam pertama dan kedua selsai, setelah itu Laras berniat masuk kekelasnya akan tetapi Raka mengikutinya. “hei, kamu mau kemana?” Tanya laras. “inikan kelas aku, kelas 10 delapan” laras kelihatan kebingungan. “tapi ini kan kelas aku, kelas 10 empat”. “kamu ngigo ya? Ini tuh kelas 10 delapan, apa jangan-jangan kamu lupa dengan kelas kamu sendiri?” Raka tersenyum, kemudian laras tersadar bahwa memang dirinya juga adalah kelas 10 delapan, dia tidak ingat bahwa dia kelas 10 delapan melainkan masih ingat waktu dia SMP dia kelas 9 empat “sorry, ternyata tadi aku benar-benar lupa, aku juga siswa kelas 10 delapan, bukan 10 empat” dia merasa malu. “oh, berarti kita satu kelas dong, hah… ya sudah masuk bareng yuk..!!” ajak Raka kepadanya, tapi dia masih merasa heran kenapa dia bisa lupa dengan kelasnya sendiri.
Keesokkan harinya, ketika laras duduk di kursi tiba-tiba sahabat barunya Alya mengagetkannya dari belakang memecahkan lamunan nya “hei, kok loe bengong,ada apa?”. “gak kenapa-kenapa ko”. “ya sudah kita ke kantin yuk?” ajak Alya padanya. Akhirnya sudah 3 bulan berlalu sejak kepindahannya ke Jakarta, tapi dia masih saja belum bisa melupaka kenangannya bersama Riyyan, akan tetapi dia banyak mendapatkan teman, apalagi akhir-akhir ini dia bisa dekat dengan Raka, seseorang yang mampu membuat dia tersenyum seperti dulu lagi, meskipun Raka kelihatannya jutek dan Jaim. Ketika laras pulang sekolah, gerimis pun turun, dia teringat akan Riyyan, kemudian Raka menghampirinya “laras, kamu kenapa ujan-ujanan gini?”. “inikan Cuma gerimis” jawabnya sambil tersenyum “tapi tetap aja basah” Raka mengingatkan, “oiya kamu kenapa senyum sendiri?” Tanya nya lagi dengan penasaran “aku suka dengan gerimis” Raka terlihat heran “kenapa?” “entahlah, gerimis selalu mengingatkan ku kepada seseorang” mereka berduapun berjalan, karena tak terlihat ada sebuah pelastik, karena licin laras pun terpeleset dan jatuh. Raka berusaha menolongnya “kamu gak kenapa-kenapa kan ras?” ternyata kakinya terkilir, ketika Raka berusaha membangunkannya, dia tidak kuat bangun “kaki aku sakit banget” tanpa bertanya lagi Raka langsung menggendongnya.
“Ka, aku masih kuat jalan kok, jadi gak perlu digendong” Raka tak menjawab dan terus berjalan ke arah motornya dan akhirnya mengantarkan dia pulang. “kamu tenang aja, aku antar kamu sampe rumah, kaki kamu kan terkilir”. Sesampainya dirumahnya
“makasih ya udah bantuin aku tadi dan nganterin aku sampe rumah”
“gak papa kok, udah seharusnya aku bantuin kamu,makanya lain kali kalau jalan tuh liat-liat” ,“udah deh jangan ngeledek, sakit tahu, sekali lagi makasih sampe ketemu besok di sekolah “, “ok,….asal jangan minta di gendong lagi, berat tau,Ya udah Istirahat dan moga besok bisa jalan lagi”.
“maaf-maaf, mata kamu buta ya ? kalau jalan tuh lihat-lihat”.
“iya maaf, kan aku udah minta maaf, aku kesiangan lagi buru-buru, sekali lagi maaf ya…?!”
“iya, Lain kali jangan di ulangin lagi, kamu fikir aku juga gak buru-buru apa.” Kata seorang cowok bertubuh tinggi, dan berawakan atletik itu kemudian dia pun pergi.
Sesampainya di kelas ternyata gurunya sudah masuk, karena telat maka dia dihukum tidak boleh mengikuti pelajaran PLH. “hari kedua begitu menyebalkan, kenapa aku dihukum? Aduh.. pake acara telat segala” laras menggerutu sendiri sambil duduk di koridor depan kelasnya. Tak lama kemudian seseorang cowok menghampirinya, “kamu dihukum juga ternyata” laras menoleh kearah suara itu dan ternyata cowok itu adalah cowok yang tadi dia tabrak. “ka…kamu?”. “hai, aku Raka, tadi kamu yg nabrak aku di koridor bawah.” “oh, tadi maaf ya?”. “udah gak papah ko, nama kamu siapa?”. “nama aku Laras” kemudian Raka tersenyum “kenapa namanya ada yang aneh ya?” Tanya nya kebingungan. “e..engga ko, bagus..! kamu kelas 10 berapa?”. “10 empat”. Jawabnya dengan terheran-heran akan sosok cowok itu. “aku 10 delapan, karena telat aku juga dihukum, hah ketat banget peraturan sekolah ini gak seperti di SMP..!!”. “Namanya juga sudah SMA, jadi ya harus lebih disiplin lagi, oya kamu dari SMP mana?.” Dia memberanikan diri bertanya kepada cowok itu. “SMP 1, kamu sendiri?”. “aku dari SMP 2 Bandung”. “oh, jadi kamu dari bandung ya, pantesan kamu gak kaya cewek laen”. “maksudnya?” dia merasa tidak mengerti apa yang Raka katakan. “sudahlah lupakan saja, aku juga dari luar daerah.” Lalu mereka berdua pun ngobrol-ngobrol sampai akhirnya bel jam pertama dan kedua selsai, setelah itu Laras berniat masuk kekelasnya akan tetapi Raka mengikutinya. “hei, kamu mau kemana?” Tanya laras. “inikan kelas aku, kelas 10 delapan” laras kelihatan kebingungan. “tapi ini kan kelas aku, kelas 10 empat”. “kamu ngigo ya? Ini tuh kelas 10 delapan, apa jangan-jangan kamu lupa dengan kelas kamu sendiri?” Raka tersenyum, kemudian laras tersadar bahwa memang dirinya juga adalah kelas 10 delapan, dia tidak ingat bahwa dia kelas 10 delapan melainkan masih ingat waktu dia SMP dia kelas 9 empat “sorry, ternyata tadi aku benar-benar lupa, aku juga siswa kelas 10 delapan, bukan 10 empat” dia merasa malu. “oh, berarti kita satu kelas dong, hah… ya sudah masuk bareng yuk..!!” ajak Raka kepadanya, tapi dia masih merasa heran kenapa dia bisa lupa dengan kelasnya sendiri.
Keesokkan harinya, ketika laras duduk di kursi tiba-tiba sahabat barunya Alya mengagetkannya dari belakang memecahkan lamunan nya “hei, kok loe bengong,ada apa?”. “gak kenapa-kenapa ko”. “ya sudah kita ke kantin yuk?” ajak Alya padanya. Akhirnya sudah 3 bulan berlalu sejak kepindahannya ke Jakarta, tapi dia masih saja belum bisa melupaka kenangannya bersama Riyyan, akan tetapi dia banyak mendapatkan teman, apalagi akhir-akhir ini dia bisa dekat dengan Raka, seseorang yang mampu membuat dia tersenyum seperti dulu lagi, meskipun Raka kelihatannya jutek dan Jaim. Ketika laras pulang sekolah, gerimis pun turun, dia teringat akan Riyyan, kemudian Raka menghampirinya “laras, kamu kenapa ujan-ujanan gini?”. “inikan Cuma gerimis” jawabnya sambil tersenyum “tapi tetap aja basah” Raka mengingatkan, “oiya kamu kenapa senyum sendiri?” Tanya nya lagi dengan penasaran “aku suka dengan gerimis” Raka terlihat heran “kenapa?” “entahlah, gerimis selalu mengingatkan ku kepada seseorang” mereka berduapun berjalan, karena tak terlihat ada sebuah pelastik, karena licin laras pun terpeleset dan jatuh. Raka berusaha menolongnya “kamu gak kenapa-kenapa kan ras?” ternyata kakinya terkilir, ketika Raka berusaha membangunkannya, dia tidak kuat bangun “kaki aku sakit banget” tanpa bertanya lagi Raka langsung menggendongnya.
“Ka, aku masih kuat jalan kok, jadi gak perlu digendong” Raka tak menjawab dan terus berjalan ke arah motornya dan akhirnya mengantarkan dia pulang. “kamu tenang aja, aku antar kamu sampe rumah, kaki kamu kan terkilir”. Sesampainya dirumahnya
“makasih ya udah bantuin aku tadi dan nganterin aku sampe rumah”
“gak papa kok, udah seharusnya aku bantuin kamu,makanya lain kali kalau jalan tuh liat-liat” ,“udah deh jangan ngeledek, sakit tahu, sekali lagi makasih sampe ketemu besok di sekolah “, “ok,….asal jangan minta di gendong lagi, berat tau,Ya udah Istirahat dan moga besok bisa jalan lagi”.
Dua minggu sejak itu Laras dan Raka semakin dekat, walaupun terkadang saling ejek.
“hei jelek, malam minggu ntar kamu ada acara gak? aku mau ngajak kamu keluar.”
“gak ada, emang mau ke mana?”
“ada aja, pokoknya aku mau ngasih kamu kejutan, tar aku jemput jam 7 pas.”
“hei jelek, malam minggu ntar kamu ada acara gak? aku mau ngajak kamu keluar.”
“gak ada, emang mau ke mana?”
“ada aja, pokoknya aku mau ngasih kamu kejutan, tar aku jemput jam 7 pas.”
Malam harinya Laras dan Raka pergi keluar, ternyata dia ngajak Laras ke Taman kota, merekapun memakan jagung bakar sambil ngobrol-ngobrol. Di tengah-tengah asyiknya menikmati jagung bakar dan indahnya malam kota tiba-tiba Raka memegang tangannya. Laras pun terkejut, Jantungnya pun berdetak sangat kenceng. Mau ngapain Raka, fikirnya. Kemudian Raka menatapnya lekat, ada sesuatu terpendam dalam matanya, dia teringat akan Riyyan karena tatapan Raka sama dengan tatapan Riyyan, dia pun menunduk mencoba menutupi kesedihan nya “Laras….” Raka pun mengangkat dagu nya dan menyuruh nya untuk menatap matanya.
''ras…..maafkan aku kalau selama ini aku sering ngejek kamu, kadang bersikap jutek, aku kayak gitu karena aku ingin redam segala perasaan yang aku rasa, tapi usaha itu gagal, semakin aku berusaha untuk hapus, rasa itu semakin bertambah dan bertambah. Laras sejak awal aku ketemu kamu aku udah tertarik sama kamu. Kamu beda dari cewek-cewek lain yang tebar pesona sama cowok-cowok. Kamu pendiem, cuek sama aku. Aku suka sama kamu,aku sayang sama kamu, Maukah kamu jadi pacar aku?”
Deg…rasa sesak memenuhi dadanya, Laras belum bisa menjawabnya, sekilas terlintas bayangan Riyyan teringat dalam ingatannya. “Raka….kasih aku waktu buat memikirkannya, maaf aku belum bisa menjawabnya sekarang.” Raka mengangguk lembut. Dalam perjalanan pulang jalanan macet yang di sebabkan adanya sebuah kecelakaan mobil. Ketika melewati kejadian dia melihat seorang cowok yang tertabrak mobil, hal itu mengingatkannya akan kematian Riyyan, dia pun tak kuasa menahan tangis. Raka pun bingung,”ras kamu kenapa? kenapa tiba-tiba kamu nangis? apakah aku ada salah sama kamu?
Laras hanya terdiam
sampai akhirnya dia sampai dirumahnya kembali. Lalu dia termenung sendiri di
kamar kembali dalam suasana duka, karena kejadian yang tadi mengingatkannya
kepada Riyyan. “Riyyan….aku kangen sama
kamu, apa kamu tau itu? “ dia hanya menangis pilu yang sampai akhirnya tertidur
sendiri.
Semejak kejadian itu laras mulai
menghindar setiap kali bertemu dengan Raka, entah kenapa dengan melihat Raka
kembali mengingatkannya pada sesosok Riyyan. Raka bingung dengan sikapnya lalu
menceritakannya kepada Alya. “Al aku heran kenapa laras bersikap gitu sekarang,
dia kayak menghindar?”. “sebelumnya kamu ada masalah sama dia?” . “gag ada”
“kamu yakin? Coba di inget-inget lagi?” Tanya Alya, “terakhir kali aku sama dia
baik-baik aja, malah sampai malam aku nembak dia juga baik-baik aja, tapi
setelah kejadian itu pas perjalanan pulang dia melihat orang tertabrak, dari situ
dia berubah kaya tadi”. “ya sudah kamu tenang aja, nanti aku cari tau tentang laras kenapa jadi gitu.” Sore harinya Alya ke rumah laras, akan tetapi laras
sedang tidak ada di rumah, Alya menanyakan hal yang terjadi pada laras dan
kemudian mama nya menjelaskan semua yang terjadi pada laras tentang kejadian
Riyyan. Setelah itu Alya menceritakan semuanya pada Raka, Raka pun mengerti
kenapa laras bersikap begitu kepadanya.
Malam harinya ketika laras memandangi langit
yang penuh dengan bintang dan cahaya bulan, tiba-tiba dia dikejutkan oleh
sebuah suara.
“ras….” dia begitu kenal dengan suara itu dan ternyata Raka, mau apa dia kemari fikirnya, lalu Jantungnya berdetak tak karuan, Raka duduk di sebelahnya, dan sekilas dia memandangnya dengan sorot mata yang sangat dalam. “laras….bagaimana kabarmu ? udah lama kita gak ngobrol-ngobrol, kamu nampak kurusan, gak pernah makan yah? Kamu tampak jelek, apa kamu diet biar bisa aku gendong lagi?” Raka memulai pembicaraan nya dengan ejekan nya. ia pun tersenyum simpul, teringat tentang setiap ejekan Raka kepadanya.
“laras…..aku udah tahu semua kisah masa lalu kamu dari Alya dan dia juga tau dari mama kamu, aku tahu kamu ngejauhin aku karena apa…itu karena Riyyan kan?.”
“stop.. tolong jangan di terusin lagi, aku gak mau denger apa-apa lagi tentang Riyyan, kamu tahu kenapa karena aku sakit banget kalau teringat Riyyan.”
“Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kita cintai.Tapi apakah hidup kita harus berhenti hanya karena itu? enggak kan? Kita harus terus maju ras, kita harus buktikan bahwa kita masih mampu berjuang hidup dan mampu kasih yang terbaik untuk orang yang kita cintai, dan jangan berhenti disini saja.”
Laras menangis terguguk, tak mampu menahan beban di hatinya. Raka merangkul dan memeluknya, dia merasa nyaman di dalam pelukan Raka. Tiba-tiba dia teringat semua kenangan dengan Riyyan.
“ras….” dia begitu kenal dengan suara itu dan ternyata Raka, mau apa dia kemari fikirnya, lalu Jantungnya berdetak tak karuan, Raka duduk di sebelahnya, dan sekilas dia memandangnya dengan sorot mata yang sangat dalam. “laras….bagaimana kabarmu ? udah lama kita gak ngobrol-ngobrol, kamu nampak kurusan, gak pernah makan yah? Kamu tampak jelek, apa kamu diet biar bisa aku gendong lagi?” Raka memulai pembicaraan nya dengan ejekan nya. ia pun tersenyum simpul, teringat tentang setiap ejekan Raka kepadanya.
“laras…..aku udah tahu semua kisah masa lalu kamu dari Alya dan dia juga tau dari mama kamu, aku tahu kamu ngejauhin aku karena apa…itu karena Riyyan kan?.”
“stop.. tolong jangan di terusin lagi, aku gak mau denger apa-apa lagi tentang Riyyan, kamu tahu kenapa karena aku sakit banget kalau teringat Riyyan.”
“Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kita cintai.Tapi apakah hidup kita harus berhenti hanya karena itu? enggak kan? Kita harus terus maju ras, kita harus buktikan bahwa kita masih mampu berjuang hidup dan mampu kasih yang terbaik untuk orang yang kita cintai, dan jangan berhenti disini saja.”
Laras menangis terguguk, tak mampu menahan beban di hatinya. Raka merangkul dan memeluknya, dia merasa nyaman di dalam pelukan Raka. Tiba-tiba dia teringat semua kenangan dengan Riyyan.
Raka
mengangkat kepalanya dan menatap matanya dengan lekat.
“ras….Aku tahu bahwa kehadiran ku saat ini takkan mampu menghapus rasa cinta kamu ke Riyyan. Tapi aku ingin menjadi orang yang selalu mendampingi kamu dalam suka maupun duka di hari-hari sisa hidupku ini. Karena aku sayang sama kamu, aku gak mau liat orang yang aku sayang terlarut terus dalam kesedihan. Maukah kamu jadikkan aku menjadi kepingan hatimu yang hilang itu?”
“Raka….makasih atas ketulusan hatimu untuk menjadi kepingan hatiku yang hilang itu, tapi aku takut kehilangan lagi…..”
Belum selesai kata-kata yang dia ucapkan, Raka langsung menempelkan jari telunjuknya ke bibir laras.”Hush…kamu jangan ngomong kaya gitu, kamu gak akan kehilangan aku, karena aku akan menjaga kamu, aku sayang kamu laras.” dan Raka pun mengecup keningnya. Dan Laras pun memeluk dia dengan erat sebagai tanda bahwa dia membuka lembaran baru dengannya.
Riyyan bukan maksud aku untuk menghianati cinta kamu. Aku akan selalu menyayangimu meski sekarang sudah ada Raka disampingku, aku hanya tidak ingin berhenti sampai disini dan terus terlarut dalam bayangan mu, aku ingin belajar menyukai Raka dan akan ku coba untuk merajut kembali hati ku ini. Mungkin masa SMA akan menjadi awal yang indah bagiku, semoga kamu disana mengerti katanya dalam hati.
“ras….Aku tahu bahwa kehadiran ku saat ini takkan mampu menghapus rasa cinta kamu ke Riyyan. Tapi aku ingin menjadi orang yang selalu mendampingi kamu dalam suka maupun duka di hari-hari sisa hidupku ini. Karena aku sayang sama kamu, aku gak mau liat orang yang aku sayang terlarut terus dalam kesedihan. Maukah kamu jadikkan aku menjadi kepingan hatimu yang hilang itu?”
“Raka….makasih atas ketulusan hatimu untuk menjadi kepingan hatiku yang hilang itu, tapi aku takut kehilangan lagi…..”
Belum selesai kata-kata yang dia ucapkan, Raka langsung menempelkan jari telunjuknya ke bibir laras.”Hush…kamu jangan ngomong kaya gitu, kamu gak akan kehilangan aku, karena aku akan menjaga kamu, aku sayang kamu laras.” dan Raka pun mengecup keningnya. Dan Laras pun memeluk dia dengan erat sebagai tanda bahwa dia membuka lembaran baru dengannya.
Riyyan bukan maksud aku untuk menghianati cinta kamu. Aku akan selalu menyayangimu meski sekarang sudah ada Raka disampingku, aku hanya tidak ingin berhenti sampai disini dan terus terlarut dalam bayangan mu, aku ingin belajar menyukai Raka dan akan ku coba untuk merajut kembali hati ku ini. Mungkin masa SMA akan menjadi awal yang indah bagiku, semoga kamu disana mengerti katanya dalam hati.
***SELESAI***
No comments:
Post a Comment