Tuesday, April 30, 2013

Tracking Taman Nasional Meru Betiri - Jawa Timur




      




     Taman Nasional Meru Betiri itu terletak di regional jawa Timur, tepatnya pada lintang geografis 8°21’ - 8°34’ LS, 113°37’ - 113°58’ BT. dengan ketinggian 900-1.223 mdpl dengan curah hujan sampai 2.300 mm/tahun, wah... hebatkan? selain itu taman nasional ini diresmikan oleh pemerintah pada tahun 1982 tentunya oleh kementrian oertanian dengan luas wilayah sekitar 58.000 ha. asal mula nama taman nasional ini diambil dari gunung tertinggi pada kawasan ini yaitu gunung Meru Betiri dengan memiliki tinggi 1.223 m, maka secara geografis Taman nasional ini terletak antara kabupaten Jember dan Banyuwangi loh.. ya tentunya di Provinsi Jawa Timur.
Perjalanan kesana sangat lumayan memakan waktu yang lama, karena merupakan daerah terpencil, namun dibalik itu semua ada panorama keindahan yang tersimpan. selain itu memerlukan tenaga dan kesabaran yah...... yang sangat lumayan.
pertama medannya sungguh sulit dijangkau karena kamu harus melewati beberapa kota, perjalanan kesana bisa melewati kota-kota kecil yang tak kalah indahnya, kamu bisa melewati jogja, malang, kebumen, surabaya bahkan banyak lagi. butuh ekstra perjuangan loh untuk sampai disana. 

tepatnya tanggal 20 april 2013 saya mengikuti PKL Raya geografi dari Universitas saya, nah tanpa emblem Geografi mungkin saya hanya diam duduk manis dirumah, tidak banyak tahu soal panorama indah dan petualanga dahsyat ini, sehingga saya bisa tahu Taman Nasional ini karena saya bagian dari pada Geografer muda.

perjalanannya sungguh jauh kurang lebih 2hari 1 malam, menjelajahi beberapa kota, lalu sampailah di kabupaten Banyuwangi yang sangat asri nan indah, dari sana melanjutkan perjalanan lagi menggunakan mobil angkutan ya sebut saja 'truck' itu salah satu kendaraan yang dapat digunakan, dengan truk itulah menyusuri jalan setapak yang menanjak, terjal dan berliku, dipinggir terdapat beebrapa jurang yang lumayan sangat curam dengan ketinggian yang luar biasa, sebelum memasuki taman nasional tersebut kita melewati beberapa desa kecil dengan penduduk yang sedikit namun dijalan terdapat vegetasi pohon cokelat yang lebat dengan buahnya, lalu kopi, dan tumbuhan hutan lainnya.

tentu saja perjalanan itu sangat menyenangkan selain lelah capek dan pegal kamu terus berdiri didalam truk namun bisa melihat keindahan diluar sana sebagian pepohonan tertata rapi, rindang dan sejuk, setelah melalui perjalanan 2 jam sampailah pada satu desa yaitu Desa Sukamade disana terdapat resort atau penginapan, dan ada penangkaran penyu juga, dan di bawah kaki bukitnya juga terdapat desa kecil lainnya...

terdapat beberapa tebing diperjalanan kita dapat melihat pemandanga dengan pesona yang indah yaitu teluk hijau, gambarnya seperti berikut :


  nah disepanjang perjalanan dapat melihat pemandangan demikian yang mebuat kamu takjub dan terpesona. ya secara kalo liat langsung pasti seru. selain itu di Desa Sukamade tersebut terdapat pantai yang tak kalah indahnya, suasananya sangat sepi dan belum terkontaminasi dengan banyak penduduk karena disana penduduknya sedikit. terdapat batuan yang tersingkap dan terdapat tebing juga disana.


                             (pantai Bande alit dengan sejuta pesona)

(batuan yang teroksidasi yang terdapat ditepi pantai)
(terdapat tebing dipinggir pantai yang menjulang terbentu akibat proses sedimentasi dan teroksidasi)



foto kelompok saat menikmati keindahan pantai  




disana kami semua dapat melihat keaneka ragaman pepohonan dan vegetasi tanaman lainnya, dan dipantai kita bisa melepaskan tukik, yang disediakan oleh penangkaran penyu, dipantai sangat masih terjaga keasriannya, sejuk damai dan indah dipandang.
beebrapa hari tinggal disana membuat kami para geograf muda rindu akan kealamian daerah sana dan tentunya merasakan ingin menjaga kekayaan yang sudah ada disana. pengalaman yang sangat baik dan takkan terlupakan tentunya.
saya beserta rekan geograf :) hihi





Monday, April 15, 2013

Sinopsis - Stairway To Heaven


Cha Song-ju adalah putra dari keluarga kaya-raya. Sejak kecil ia bersahabat dengan gadis bernama Han Jung-suh. Saat ayahnya dan ibu sahabatnya meninggal, hubungan mereka semakin dekat. Namun keadaan mulai berubah saat ayah Jung-suh menikah dengan aktris bernama Tae Mira.
Meski awalnya baik, belakangan Mira yang mengajak dua anak dari pernikahan sebelumnya yaitu Han Yuri dan Han Tae-hwa membuat kebahagiaan Jung-suh hilang, bahkan tak jarang gadis itu dijahati saat sang ayah pergi. Persis seperti wacana yang terjadi di masyarakat, ibu tiri pasti akan “melalap dengan lahap” anak tirinya. Biasa hidup dalam kemiskinan, Yuri mempunyai watak jahat dan berusaha merebut semua milik Jung-suh termasuk Song-ju.

Dipaksa berpisah karena Song-ju harus meneruskan studi ke luar negeri, sikap ramah Jung-suh membuat kakak tirinya Tae-hwa jatuh hati, namun sayang cinta pemuda itu hanya bertepuk sebelah tangan. Cinta yang mendalam kepada Song-ju membuat gadis itu bisa bertahan dari siksaan Yuri dan Mira. Namun di saat hari pertemuan tiba – Song-ju yang telah menyelesaikan studinya — kebahagiaannya kembali direnggut oleh Yuri, yang sengaja menabrakkan mobilnya hingga Jung-suh luka parah.
Meski selamat, Jung-suh kehilangan ingatan. Tae-hwa yang tahu membawa gadis itu pergi dan mengganti nama mereka. Song-ju yang berduka dihibur Yuri, keduanya kembali meneruskan studi dan kembali ke Korea lima tahun kemudian. Di hari pertunangan, Song-ju tanpa sengaja melihat Jung-suh dan langsung mengejarnya, namun kecewa saat tahu gadis itu bernama Kim Ji-su.
Tidak menyerah begitu saja, pemuda itu melakukan penyelidikan untuk membuka misteri Ji-su, dan semakin yakin saat menemukan kalung yang diberikannya kepada Jung-suh terlingkar di leher gadis itu. Jung-suh yang sadar dari amnesia mulai bingung karena Tae-hwa terus merawatnya selama ia cedera, namun ia akhirnya memutuskan untuk bersatu dengan pria yang telah lama dicintainya itu.
Namun masalah tidak selesai sampai di situ, tindakan Song-ju itu membuatnya harus keluar dari perusahaan keluarga. Sebab ibunya telah terlanjur berjanji kepada Yuri dan Tae Mira untuk menyatukan Yuri dengan anaknya. Jung-suh yang tahu meminta kekasihnya itu untuk kembali dan belakangan ia memutuskan kembali menghilang saat tahu matanya terkena kanker, seperti yang dialami oleh almarhumah ibunya. Tae-hwa yang telah berganti nama menjadi Han Chul-su tahu bahwa gadis itu tidak mungkin mencintainya, akhirnya memberitahu Song-ju keberadaan gadis itu.
Menyingkirkan perbedaan mereka, Tae-hwa dan Song-ju berubah akrab bagai saudara dan berusaha membujuk Jung-suh untuk melakukan operasi. Song-ju pun luluh dengan bujukan dua orang pria yang menyayanginya itu. D idepan publik, Song-ju menyatakan bakal menikah tanpa memberitahu siapa mempelainya. Iia mengundang Yuri, Mira, serta Tae-hwa dan Jung-suh (yang matanya telah buta) yang datang belakangan.


Di depan publik, Song-ju menentukan pilihan hatinya sementara Tae-hwa membeberkan kejahatan sang adik (akhirnya masuk penjara) dan ibu (pikirannya menjadi terganggu). Setelah semuanya beres, Tae-hwa yang bertekad membahagiakan adik tirinya memutuskan bunuh diri demi menyumbangkan kornea matanya, sehingga Jung-suh bisa melihat orang yang dicintainya (Song-ju) sekali lagi. Dan berharap hidup bahagia di samping Song-ju.
Meski tujuannya tercapai, pada akhirnya pengorbanan Tae-hwa sia-sia. Kanker yang telah menyebar membuat umur Jung-suh tinggal beberapa bulan. Di saat terakhirnya, wanita itu mengajak sang suami ke pantai untuk mengenang masa-masa indah saat mereka kecil. Di pelukan Song-ju, Jung-suh akhirnya menghembuskan napas terakhir setelah merasakan kebahagiaan yang hanya sesaat.



Yuk cari tau soal Pemeran yang main di film ini :
 
Kwon Sang-woo sebagai Cha Song-ju (masa remaja diperankan oleh Bae Seong-hyeon).

Kaya, tampan, dan setia pada cinta pertamanya, tidak banyak pria yang memiliki karakter sepertinya. Pemuda ini juga tidak segan bekerja keras supaya cita-citanya tercapai, dan tidak pernah berhenti meyakini kalau Jung-suh yang dicintainya masih hidup. Meski kadang acuh dan kasar, namun cintanya sangat dalam, saking dalamnya sampai-sampai ia tidak perduli dengan semua halangan yang merintangi hubungan mereka.








Choi Ji-woo sebagai Han Jung-suh/Kim Ji-su (masa remaja diperankan oleh Park Shin-hye).

Nasib baik seolah enggan menghampirinya sejak berkenalan dengan keluarga Han (terutama Mira dan Yuri), bahkan harapannya sekolah di luar negeri bersama Song-ju dimentahkan oleh sang ibu tiri. Tumbuh sebagai gadis yang tidak percaya diri, hilang ingatan membuat sifatnya jadi lebih tegar dan berani melawan siksaan Mira. Ia juga memenuhi janji cinta sucinya pada Song-ju, yang hanya dipisahkan oleh kematian.









Shin Hyeon-joon sebagai Han Tae-hwa/Han Chul-su (masa remaja diperankan oleh Lee Wan).

Merasa dirinya tidak berharga sampai bertemu dengan Jung-suh, pemuda ini hidup dibawah tekanan sang ibu yang tidak menghargai bakat seninya. Memutuskan kabur dan tinggal bersama sang ayah, ia ketakutan saat Jung-suh yang hilang ingatan terus dibawa nasib untuk bertemu dengan Song-ju. Sadar bahwa keduanya saling mencintai dan tidak dapat dipisahkan, akhirnya ia mengorbankan diri untuk kebahagiaan sang adik tiri.









Kim Tae-hee sebagai Han Yuri (masa remaja diperankan oleh Park Ji-mi)

Dibesarkan di tengah keluarga yang berantakan ditambah pengaruh kuat sang ibu, gadis ini menjelma menjadi pribadi yang mementingkan diri sendiri dan licik. Ia bahkan tidak segan-segan mencelakakan kakak tirinya sendiri saat tahu impiannya mendapatkan Song-ju bakal kandas. Kembali menggunakan berbagai cara untuk menjatuhkan Jung-suh yang hilang ingatan, Yuri akhirnya harus membayar mahal atas semua perbuatan jahatnya.











singkatnya :

Stairway To Heaven adalah drama korea yang menceritakan kisah cinta yang bermula dari hubungan sahabat sejak kecil antara Han Jung-suh  & Cha Song-ju. Ketulusan dan kesetiaan cinta mereka diuji melalui permasalahan yang datang silih berganti yang ditimbulkan oleh ibu tiri dan adik tiri Jung-suh. Masalah dimulai saat ayah Jung-suh memperistri Tae Mira yang semula berpura-pura baik kepada Jung-suh. Ia juga membawa kedua anaknya Yuri dan Tae-Hwa. Yuri cemburu dengan kedekatan Jung-suh dan Song-ju, karena ia menyukai Song-ju. Ia berusaha untuk menjauhkan hubungan mereka. Tentu hal ini disetujui oleh ibunya Tae Mira dan mendukung Yuri untuk dekat dengan Song-ju karena ia adalah seorang pewaris tunggal perusahaan ternama. Song-ju dan Jung-suh terpisahkan oleh jarak dan waktu karena Song-ju harus pergi melanjutkan studi di luar negeri. Sayangnya saat Song-ju tiba di korea, ia malah harus menerima berita buruk bahwa Jung-suh yang ia cintai telah meninggal akibat ditabrak oleh mobil. Mereka tidak mengetahui bahwa yang menabraknya dan mengatur skenario bahwa Jung-suh meninggal adalah Yuri. Tapi, Song-ju tetap percaya bahwa Jung-suh masih hidup dan terus mencarinya. Hingga suatu hari, ia mengetahui bahwa orang yang selama ini dekat dengannya adalah Jung-suh yang mengalami amnesia selama 4 tahun. Mereka kembali bersama, hingga menjadi sepasang suami istri. Masalah tidak selesai sampai disitu saja. Song-ju harus menerima kenyataan bahwa istrinya Jung-suh mengidap penyakit kanker mata yang membuat Jung-suh tidak dapat melihat dan harapan untuk hidup tidak ada lagi. Namun, kesetiaan Song-ju tetap teguh mencintai Jung-suh hingga Jung-suh meninggal di pelukannya. Sebelum meninggal Jung-suh berkata bahwa babak kehidupan cinta mereka baru dimulai saat ini, ia akan menunggu Song-ju di surga kelak dimana tidak ada kesakitan, duka dan air mata.....

 

 like it !

Cerpen - Possesed


***
                
 Hati seseorang akan menjadi beku jika tak pernah digunakan untuk merasakan sebuah Kasih sayang, jika sebuah keyakinan yang tulus akan memperkuat untuk menyatukan dua hati, begitu yang dia ingat dalam novel yang dibacanya barusan. “bullshit!” Itu gak masuk akal fikir Shandy ia menutup sebuah buku ketika dia sedang membaca novel favoritnya diteras belakang rumahnya, lalu tiba-tiba seseorang menghampirinya. “cabut yuk shan! Gue bete nih diem aja dirumah” ajak Willy kepada kakak semata wayangnya.
“gue males will, lo aja deh, gue mau tidur” jawab Shandy sambil beranjak dari tempat duduknya dan masuk kedalam rumah, tanpa memperdulikan ajakan willy, “ah, gak asik lo shan!” willy menggerutu, walaupun mereka bersaudara tapi banyak perbedaan yang mereka miliki, Shandy merupakan anak sulung yang terbilang pintar, hobbynya membaca buku dan selalu serius dalam segala hal, sifatnya cuek dan pendiam, bertolak belaka dengan sifat Willy. Kemudian willy pun pergi dengan mobil jazz nya diikuti oleh Pak Min sopir pribadi keluarganya yang berlari terburu-buru “aden, Den Willy, mau kemana den, mobilnya sedang bermasalah den!” tanpa memperdulikan Pak Min, dia terus melaju kencang. 
Saat di perjalanan tiba-tiba mobilnya berhenti mendadak, “ah, shit! Ini mobil kenapa lagi.” Dia terus berusaha menstarter namun mobilnya tak kunjung hidup, dan dia turun memeriksa bagian belakang, sebenarnya ia tidak tahu apa yang bermasalah. Lalu dia pun menghubungi Pak Min “Pak Min, sekarang ke jalan Tembaga jemput mobil saya, saya mau pergi sekarang, cepat!” dan langsung menutup pembicaraannya. Beberapa menit kemudian Pak min datang dan membawakan mobil yang lainnya, willy langsung pergi mengendarai mobil yang dibawa Pak Min, sedangkan pak Min masih harus mengurus mobil yang mogok itu.
                Pak Min sudah belasan tahun bekerja pada keluarga Handoko yang terkenal sangat baik, ia selalu patuh pada majikannya itu karena sangat dipercaya, terlebih ia harus sabar melayani Tuan mudanya Willy yang sangat arogan, namun Erlita ibunya sangat menyayangi kedua putranya tersebut, terlebih shandy anak sulung yang begitu sangat ia banggakan, namun Willy meskipun anak bungsunya tidak seperti yang ia harapkan tapi tetap ia manjakan.


***
Malam harinya, “Bi Ella, Willy belum pulang juga jam segini?” Perempuan setengah baya itu lari dengan tergopoh-gopoh nenemui majikannya“belum nyonya”, “Shandy dimana?”,”den shandy ada dikamarnya nyonya” kemudian setelah bicara dengan perempuan setengah baya itu Erlita menemui anaknya “shandy, boleh mami masuk?” sambil mengetuk pintu, shandy membukakan pintunya “ada apa mi?” “kamu tau willy kemana? jam segini dia belum pulang?”, “shandy ga tau mi, paling bentar lagi dia pulang” setelah turun dari kamar shandy Erlita melihat sibungsunya tertidur di sofa ruang tamu dengan keadaan setengah sadar dan diantar seorang temannya, “kenapa dengan willy?”, “ini tante willy tadi mabuk, saya Cuma ngantar. Saya permisi pulang” setelah temannya pulang Willy terbangun dan menuju kamarnya, ibunya mencegah seperti biasa dia menceramahinya “willy, mau jadi apa kamu? Pulang malam setiap hari dengan keadaan kamu seperti ini? mami malu sama sikap kamu! Coba lihat Shandy dia tidak pernah berkelakuan seperti kamu!”, “mami… udah deh! Aku pusing males dengerin ocehan mami !”, sambil meninggalkan ibunya ”willy! Dengerin, mami belum selsai bicara willy!”
***
Terik matahari masuk ke sudut ruangan rumah, dan hangatnya pagi terasa, Bi ella yg sedang menyiapkan sarapan “papi, mami cape dengan sikap willy, anak itu keterlaluan”, “sudahlah mi, jangan terlalu difikirin” shandy pun datang untuk sarapan “pagi mi, pi”, dengan wajah ceria ibunya tersenyum “pagi sayang, kamu sarapan yg banyak ya! Liat pi, kapan Willy seperti shandy, dia selalu saja membangkang mami” unjuk kepada suaminya. “sudah sudah! Jangan bandingkan willy dengan shandy mi, mereka pasti saja berbeda. Tapi ya sama-sama anak kita” tuan handoko terus membela Willy “papi selalu saja membela willy.” Setelah selesai sarapannya semua sibuk dengan urusan masing-masing. “hari ini kamu mau kemana Shandy?”, “aku mau ke kampus mi, mau ambil barang-barang yg tersisa”, “yasudah, lagipula setelah selesai wisuda minggu beberapa kemarin kamu belum ke kampus mu lagi, mami senang akhirnya anak mami yg satu ini sudah jadi sarjana, tidak sia-sia mami membesarkan kamu sampai sekarang, mami bangga sama kamu bisa jujur dan sekolah dengan baik, tapi mami bingung sama adikmu, mau jadi apa dia! Kerjaannya poya-poya, kuliah ga bener, mami pusing dengan kelakuan dia!”, Shandy menenangkan “sudahlah mi, jangan terlalu difikirin, nanti kalau fikiran willy sudah matang dia pasti berubah!, “tapi mau sampai kapan? bimbing adikmu shan!”,”ya mau gimana lagi, shandy udah coba, tapi tetep aja”
”mami heran kenapa sikap kamu sama dia bertolak belaka.” Kepada anak sulungnyalah erlita selalu berkeluh kesah tentang adiknya “yasudah mi aku kekampus dulu”, dengan penuh kasih sayang dia mencium kening shandy “hati-hati anakku!”, shandy pun tersenyum, dan mencium tangan ibunya  “iya mi”.
***


       Suasana univesitas yang sepi membuat dia terdiam merenungkan tentang apa yg terjadi beberapa waktu lalu, ketika dia masih berada dalam kampus, berbaur dengan teman-temannya. Dia beranjak dan berjalan ke suatu ruangan penyimpanan barang pribadi, diapun terdiam selintas baying masa lalu pun kembali teringat.

Ketika itu Shandy sibuk dengan laptop dan tugasnya ‘’hey, kamu mau cokelat?”  kata seorang gadis berparas cantik, dengan bola mata yang indah dan senyumnya yang manis “Fanna, diam! Aku lagi serius ngerjain tugas nih!”  Shandy menyingkirkan sebungkus cokelat yg diberikan fanna untuknya, namun fanna tetap terus mengganggunya dengan merengek “ayolah shandy, jangan terlalu serius belajarnya. Cokelat ini benar-benar enak loh, apa kamu ga mau nyoba?” sambil menyodorkan padanya, dan shandy pun tidak dapat menolaknya lagi, bagaimana tidak,  kekasihnya telah susah payah seharian menganggu dia mengerjakan tugas, “nah.. gitu dong! Kamu kalo belajar ga inget waktu” sambil menyuapinya, “bukan gitu fan, besok aku ada ujian, ingat! uji skrip sebentar lagi, kamu itu iseng aja, bukanya belajar, atau nyari-nyari bahan buat skripsi mu!”, iya-iya pa dosen“ fanna meledeknya, namun shandy tetap tersenyum, karena dia sangat mencintai perempuan yg ada didepannya itu, fanna adalah gadis baik pilihannya, dua tahun bersama tidak sebentar, mereka menjalaninya dengan segala kesungguhan.  Hanyalah Fanna yang dapat mengerti Shandy saat ini. “besok mami aku mau ketemu kamu fan”
“oya? Yasudah, aku udah lama ga ngunjungin mami kamu”, “iya mami aku nanyain kamu, yauda sekarang kamu diem, aku mau konsen sama tugasku ini lagi ok!”, akhirnya Fanna pun menyerah “iya-iya, kalo gitu aku ke kantin dulu ya”, shandy tersenyum melihat tingkah kekasihnya itu.
Dan keesokan harinya saat sepulang kuliah mereka kerumah shandy. Hubungan merekapun selalu diwarnai dengan pengertian, namun ketika memasuki pelulusan mereka sibuk dengan skripsinya masing-masing.
Hingga akhirnya tiba saat proses wisuda, panggung yang mewah dan berates-ratus siswa dengan pakaian wisuda dan toga kebanggaan mereka bersorak gembira, shandy bahagia akhirnya dirinya dapat membuat orang tuanya bangga, dan ketika ditengah keramaian itu dia berusaha mencari mata indah yang selama ini selalu disampingnya, hingga akhirnya mata mereka bertemu dan saling berpelukan, “selamat ya Fanna Paola” senyumnya mengembang, namun fanna tetap memeluk erat dirinya seakan tak mau melepasnya, lalu dia meraih tangannya dan menatap mata gadis itu dalam “hey, seharusnya kamu senang sudah wisuda? Kenapa kamu nangis?”, gadis itu hanya terdiam dan memeluk erat kembali dirinya “aku minta maaf sama kamu Shandy Wirayudha!”, ia pun heran tak mengerti apa yang terjadi pada kekasihnya saat itu  “minta maaf? kenapa?”, fanna melepas pelukannya dan menatapnya lekat “shan, sehabis wisuda ini………. aku ke Belanda” ia hanya terdiam dan berusaha menghibur diri “hey.. bukanya itu bagus? Kamu harusnya senang”, sosok fanna yang periang kini tak dapat dikenalinya lagi  “shandy  please, dengan perginya aku kesana, kita bakalan pisah”,  ia meyakinkan dan meraih tangan gadis itu “dengar aku fanna, ga ada yg bisa misahin kita! Kamu kesana untuk ngambil S2 kamu, jadi bukan berarti kita selesai”, shandy menggenggam erat tangan fanna untuk terus meyakinkanya, “kamu percaya… kemanapun kamu, aku akan dukung kamu”, fanna menatap matanya “kamu ga mencegah aku pergi shan?”, dia hanya menggelengkan kepala, “kamu ga takut kita berpisah?” tanyanya ulang, shandy kemudian memeluk fanna “aku ga akan larang kamu, dan aku ga takut kehilangan kamu, karena aku yakin sama perasaan kita fan!” fanna pun sedikit menjauh darinya, melepas pelukan erat kekasihnya itu, tanpa ragu dia fanna berbicara “shandy, hubungan kita sampai disini aja ya!” shandy sangat terkejut kenapa tiba-tiba fanna bicara itu padanya “maksud kamu apa fan? Aku… aku..”, “aku mau hubungan kita sampai disini shan, aku mau kamu lupain aku”, apa yg dia dengar masih tak membuatnya percaya. “kamu kenapa sih? Fanna jangan becanda! Kenapa tiba-tiba kamu mau kita akhirin hubungan ini? Apa kamu ga yakin sama perasaan kamu sendiri?”, ia menatapnya lekat “maafin aku shandy, aku ga yakin, aku ga bisa hubungan jarak jauh” fanna pun memeluk shandy dan menangis, namun shandy hanya terdiam, berusaha sepenuhnya mempercayai keadaan yg terjadi dan berusaha mencerna perkataan gadis itu. “maafin aku shandy, mungkin ini lebih baik!” fanna melepaskan pelukannya dan pergi tanpa kata. Shandy merasa hancur hingga akhirnya merekapun tenggelam dalam kesedihan. Dia tak dapat berbuat apapun ketika gadis yang ia sayangi memilih untuk pergi, seketika hatinya pun terasa sesak.
***

Keesokan paginya setelah kejadian itu shandy terdiam dan selalu memiih menyendiri, ibunya menghampiri “kamu ga berusaha cegah fanna?”, “buat apa mi, dia pergi untuk melanjutkan kuliahnya” dia pun kembali terdiam “kamu ga kebandara buat temuin dia?”,ia menggeleng “shandy ga mau temuin dia mi, shandy ga mau jadi penghalang fanna” tanpa terasa dia meneteskan air matanya, bagaimana tidak! Hatinya hancur seorang yg dia cintai pergi dengan memberi luka padanya, apa yang terjadi kemarin masih membuatnya banyak pertanyaan dibenaknya, ‘apa fanna tidak menginginkannya lagi hingga dia melakukan itu padanya disaat dirinya sangat mencintainya dan berusaha mengerti namun tak berarti lagi’.
***


Bahkan sejak kepergian gadis itu hatinya masih rapuh, meskipun dia sudah yakin harus terbiasa namun dia tetap belum bisa menutupi kerapuhan hatinya. Sejak saat itu banyak tanda Tanya besar mengapa orang yg sangat dicintainya pergi dan memilih mengakhiri semuanya. Shandy kembali mengingat kenangan indah itu, namun dia berusaha menepisnya. Tanpa terasa dia meneteskan air mata terdiam dan merasa dirinya sangat bodoh. “ah, bodoh! Kenapa harus kaya gini” dia marah terhadap dirinya sendiri. Setelah beberapa jam dia terdiam dia kembali mengumpulkan kekuatannya untuk berusaha tegar, berusaha melupakan seseorang yang sudah 2 tahun lebih bersamanya. Yang dua pekan telah meninggalkannya. Ia berfikir akan kembali menata hidupnya. Setelah membereskan peralatan yg masih tersisa dikampusnya, lalu ia pun kembali kerumah.
Saat memasuki kamarnya yang di lihatnya willy “ngapain lo di kamar gue?”, willy hanya tersenyum “engga ngapa-ngapain, Cuma gue heran kenapa mami selalu nyuruh gue buat berubah kaya lo ? Jadi gue fikir gue kekamar lo aja kali ya, biar bisa kaya lo, haha!” Shandy hanya terdiam tak memperdulikannya, ia memasuki kamarnya dan merapikan barangnya “oiya, masih aja lo nyimpen foto cewek tak tahu diri ini.” willy menambahkan sambil menunjukan foto fanna. Lalu shandy langsung mengambil dari tangannya, “jangan denger omongan mami deh! Inget ya, Gue ga suka ada orang lain yg sembarangan nyentuh barang-barang dikamar gue!”, ia pun langsung menarik willy keluar kamarnya “sabar bro! nyantai aja sih shan, gue sama mami cuma mau lo lupain cewek itu, ngapain masih nyimpen foto dia! ” adiknya hanya dapat tertawa sinis, ia sangat benci yang namanya cinta, meskipun  willy terkesan gonta ganti pacar, namun ia tak percaya adanya cinta sejati, ia menganggap cinta bisa diukur dengan materi, dan  dia bisa saja mendapatkan apa yang dia mau karena bagaimanapun keluarganya merupakan keluarga terpandang, makanya selama ini hidupnya selalu berpoya-poya, berbeda sekali dengan kakaknya, meskipun sama-sama tampan namun Shandy kurang mengerti dalam urusan hati, yang dia kenal dihidupnya hanya gadis yang bernama fanna yang belakangan ini malah menyakitinya.
“lo ga usah ikut campur urusan gue!” dengan cepat shandy menutup pintu kamarnya. Setelah itu dia terus kefikiran apa yang diucapkan willy benar kenapa dia masih saja menyimpan foto gadis yang sudah menyakitinya, padahal dia berusaha untuk melupakannya.
***

        Malam yang sangat sunyi sepertinya ia terpuruk dalam kesendirian, shandy hanya terdiam duduk di teras belakang, mami nya menghampirinya dia tahu betul apa yg sedang dirasakan anaknya itu. “shandy.. sesekali lah kamu coba ikut sama willy, jangan hanya diam begini terus”, berusaha untuk menghibur shandy, karena bagaimanapun ibu mana yang ingin anaknya terus berdiam diri dalam masalah dan tak lagi seperti anaknya yang dulu “apa mami nyuruh aku  biar kaya willy? Pulang malam, poya-poya, balapan?” ia begitu heran menanggapi keinginan ibunya “bukan begitu, ya sesekali kamu pergi bareng willy, biar kamu ga bosen dirumah terus!” shandy menggenggam tangan ibunya “aku ga bosen mami! Mami tenang aja, aku baik-baik aja mami jangan khawatirin shandy”.  Diapun kembali terdiam, menikmati keindahan malam, ibunya hanya dapat memperhatikan sikap anaknya itu, bagaimana tidak sejak kejadian itu, shandy menjadi berubah, banyak waktu yg dihabiskannya dirumah. “shandy besok antar mami ke bandara ya?”, “mami mau pergi kemana?” tanyanya heran “engga, mami mau jemput tante Ranti besok”, tidak biasanya ibunya meminta shandy untuk ikut, biasanya ibunya selalu diantar pak Min “kenapa mami ga minta anter willy aja, atau pak Min?” maminya hanya mengelus dada, “ini lagi kamu, nyuruh mami minta anter anak itu! Dia mana mau mami andelin, pak Min besok mami suruh antar bi Ella ke Pasar beli bahan makanan” shandy tersenyum “iya mami, apa yang engga buat mami” ia tak dapat lagi menolak permintaan ibunya itu, sejak kecil Shandy selalu dilimpahkan kasih sayang oleh ibunya itu sedangkan ayahnya terkesan cuek dan lebih memanjakan anak bungsunya, walaupun seperti itu shandy tumbuh dengan mandiri tak mau bergantung dengan keluarganya, itu yang membuat ibunya sangat membanggakan anak pertamanya.

***


Mentari tersenyum pada pagi, dengan mobil jazz dia dan ibunya menuju bandara, ditemani terik dan panasnya ibu kota, sesampainya disana mereka menunggu ditempat transit para domestic, 20 menit kemudian dua orang perempuan menghampiri mereka “hai jeng Erlita!” mereka saling peluk dan bersenda gurau, “eh, jeng ranti, gimana perjalanan nya dari Malang?”,  teman sebaya itu terlihat sepantaran dan sangat akrab “waduh lumayan cape, aduh ini willy atau shandy ya?”, shandy mengulurkan tangannya “shandy tante”
Dengan ramah shandy tersenyum, Ranti pun sangat terkesan pangling melihat anak sahabatnya itu yang kini sudah tumbuh menjadi dewasa “oh, kamu pangling ya!”
“iya tante” merekapun saling menyapa, lalu Erlita menghampiri gadis yang bersama sahabatnya itu “oiya jeng, ini sella ya? Cantik sekali ternyata”, erlita menambahkan, gadis itu hanya tersenyum malu, dan bersalaman dengan teman mamanya itu.
 “iya jeng, ini sella!” sambil merangkul anak semata wayangnya, “shandy kamu inget ga  dengan sella? Dulu kamu, willy sama sella sering main bareng loh”, shandy dan sella hanya berusaha tersenyum, “sudah lupa mungkin jeng! Terakhir ketemu kan mereka waktu umur 8 tahun”, Erlita menambahi “iya, ya, sudah lama kita ga ketemu ya jeng”,
“mari jeng, nanti kita lanjutin lagi ngobrolnya dirumah, kalian pasti capek” merekapun menuju kediaman erlita. Sesampainya disana mereka mengobrol dan bernostalgia, shandy tidak heran lagi dengan apa yang dia lihat, keakraban ibu dan wanita itu, karena Ranti adalah sahabat ibunya sejak SMA. Diapun menuju kamarnya “eh shandy, Sini sebentar nak!” langkah dia terhenti lalu menghampiri ibunya “iya ada apa mi?”
“kamu jangan masuk kamar dulu, ini kamu kenalan dulu sama anaknya tante ranti, dari tadi dibandara diem-dieman terus, kamu ajak ngobrol sembari lihat-lihat rumah kita”, dia pun menuruti ibunya, tanpa malu-malu lagi gadis berparas manis itu mengulurkan tangannya dan tersenyum “aku Marsella” shandypun menerima uluran tangannya “shandy”, ranti menambahkan “aduh kalian ga perlu malu-malu gitu, dulu kan kalian akrab”  ibunya terlihat senang, setelah itu shandy mengantarkan sella kekamar tamu yg sudah ibunya persiapkan, tanpa basa-basi lagi lalu kembali keteras belakang rumahnya. Beberapa jam kemudian willy menghampirinya “eh kita kedatangan tamu ya?”, sambil cengangas cengenges memainkan bola basket yang ditangannya“iya, temen mami dari Malang sama anaknya”, willy hanya manggut-manggut “pantes! Mami masak banyak banget, Lo yang jemput ya?”, shandy gerah dengan pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut adiknya itu ”iyalah! Emang lo molor terus, bangun siang!” dia menambahkan “gue udah biasa kali, males gue jadi orang rajin kaya lo haha, oia anaknya cantik ga?”
“biasa aja” shandy langsung melengos menanggapi adiknya itu, sebelum banyak pertanyaan meluncur dari mulut adiknya Shandy memilih untuk pergi kekamarnya.


***

Sore harinya dikeramaian ibukota Jakarta shandy melaju mobilnya dengan kecepatan dengan disampingnya sella, karena ibunya terus membujuk dan memintanya untuk menemani sella agar berkeliling untuk melihat keramaian kota Jakarta pada sore hari
 “kamu suka balap mobil Shan?”, dia tersenyum heran mendengar pertanyaan gadis disampingnya itu “engga, kenapa emang?” gadis itu terasa kikuk dari pas berangkat tak sedikitpun keluar percakapan, shandy hanya sibuk meng-gas mobil jazz nya itu dengan kecepatan yang lumayan, dan sella mencoba memulai percakapan itu “abis kamu dari tadi ngebut-ngebut”, “kalo ga ngebut ga cepet nyampe” shandy menjawabnya singkat. “bisa aja, oiya, kamu kuliah dimana?”
“udah wisuda kali, kuliah di Gundar“ sella merasa obrolannya sangat tegang karena lelaki yang dihadapannya sepertinya jutek dan terkesan tak ramah padanya, namun ia berusaha mencairkan suasana
“wah hebat dong udah jadi sarjana, Ngambil jurusan apa?”, “manajemen market”, “wah, berarti siap buat gantiin om handoko dong ” ia hanya tersenyum “kenapa ga lanjutin S2 kamu?”
Shandy berfikir bahwa sella gadis yang ramah, dan ia merasa tak ada salahnya juga memulai obrolan dari pada diam seperti tadi. “pengen sih, tapi masih belum tau mau dimana.”, sella sangat antusias ia berusaha ingin menjadi teman ngobrol yang baik bagi shandy  “kenapa belum tau? Harusnya kan difikirin dari jauh-jauh hari, aku aja setelah nanti lulus S1 mau master di Belanda ngambul jurusan jurnalis, sepertinya menyenangkan” gadis itu mencoba memberi tahukannya, dan dia bercerita ia setelah lulus dari universitas ternama di kota Malang ia bercita-cita ingin lanjut di Belanda, Negara tempat tinggal papanya dulu yang pernah bekerja disana, namun shandy tertegun sendiri dalam lamunannya, tiba-tiba ia teringat seseorang namun shandy menepisnya “oh…”, merekapun mulai ‘lumayan’akrab dengan berbagi cerita dan pengalaman kuliahnya, sella diajaknya jalan-jalan sore didaerah menteng tempat yang lumayan ramai dengan rutinitas sorenya, setidaknya shandy tak sedingin pertama kali ia kenal fikirnya.

***



        Saat matahari terbenam mereka kembali kerumah, bintang mulai menghiasi malamnya, saat itu Sella berada diteras menikmati semilir angin , meskipun terasa dingin namun tak sedingin udara di Malang kota kelahirannya, dan kedatangannya kali ini ke Jakarta dan ibunya untuk liburan, ia dipaksa ikut oleh mamanya sembari mengisi liburannya yang 3 bulan lamanya, ia tak punya pilihan lain, karena ia fikir perlu suasana baru untuk mengisi penatnya aktifitas dikampus yang menyita waktunya, meskipun disemester 6 yang lumayan tak terlalu padat namun lumayan menyita waktu yang menumpuk, jurusan sastra Jerman yang ia ambil lumayan menyita waktu dengan tugasnya, tak lama pun willy menghampirinya “gimana tadi, jalan sama kakak gue?” Sella menoleh “hm, biasa aja” willy pun tersenyum “maklumin aja kalo shandy jutek, dia emang pendiem gitu”
Sella mengerutkan keningnya “o ya?”, “iya, dia super cuek sejak diputusin pacarnya, terus ditinggal ke Belanda” willy menambahkan. “begitu ya, pantes aja, tapi aku yakin ko dia baik” tersungging senyuman manis dibibir gadis itu, tiba-tiba willy melihatnya, tanpa disadari hati willy berdesir dan terdapat keindahan lain yang ia lihat, namun ia mencoba menepisnya sambil mengerjapkan matanya. “oh iya lo udah wisuda?” sella menoleh dan menggeleng “belum, tahun depan mungkin baru wisuda, kamu hebat ya ngambil marketing pemasaran juga sama kaya shandy” tanyanya, namun willy heran “loh ko lo tau sih?”
“mami kamu yang cerita semuanya tadi, oiya tapi kenapa kamu belum skripsi juga? Katanya kalian kuliah masuknya bareng loh” kemudian willy berjalan dan duduk di sofa samping kolam, kemudian disusul oleh sella
“itu dia masalahnya, gue kuliah dengan bidang yang gak gue suka, ya jadi beginilah, sejak kecil gue selalu dipaksa agar selalu sama kaya shandy, muak tau!”
Sella menoleh ke arah willy “hey , tapi aku salut sama kamu, kamu bisa ngikutin shandy dan harusnya kamu dibawah shandy tapi kamu bisa kuliah cepet jadi barengan sama dia.” Willy tersenyum sinis “apa yang mesti dibanggain, walaupun tingkatannya sama kaya dia, gue tetep nomor 2 karena bagi mami itu shandy lah yang pertama..” sella mengerutkan dahinya “kamu iri sama shandy?”
 “mungkin” willy menjawabnya singkat, ia mengalihkan pembicaraan “o iya lo bukannya dulu item gendut terus rambut lo berponi kuda ya? ” ledeknya, mata sella terbelalak ia ingat dulu semasa kecilnya selalu diejek seperti itu, sella memenyunkan bibirnya tanpa menjawab, ia sedikit kesal dengan willy karena dulu ia selalu terus meledeknya sampai nangis, umur mereka sepantaran dan hanya berbeda 2 tahun dari Shandy yang lebih tua dari mereka, dulu saat papanya kerja dijakarta sella dan keluarganya pernah tinggal dijakarta dan jika ada kesempatan ia selalu main kerumah ini, dan shandy selalu terlihat dewasa membela sella disaat willy membuatnya nangis.
“becanda ko, jangan diambil hati, itu dulu, sekarang lo udah berubah jadi sedikit lebih manis tanpa poni kuda itu” willy menambahkan, lalu sella memukul pundaknya “dasar!” mereka berdua tertawa dibalik pondok belakang rumahnya itu, dan keakraban seakan tercipta, mengingat dan menceritakan kembali cerita masa kecilnya. Mamanya dan ibu willy berteman baik hingga sampai mereka masing-masing mempunyai keluargapun masih tercipta tali persahabatan yang sangat erat. Willy yang bersikap arogan ternyata tak pernah lupa dengan hal kecil yang pernah ia alami, meskipun terlihat sembrono sebenarnya tersimpan sikap baik pada dirinya, Cuma saja ia selalu mengentengkan masalah, terlihat manja namun tersimpan rasa iri terhadap kakak kandungnya itu karena willy tidak bisa menentukan apa keinginan nya karena keluarganya selalu memaksa dirinya seperti kakaknya, sehingga membuat sikap willy seperti liar, pemberontak, sembrono dan arogan. Sebenarnya ayahnya menyayangi willy seperti menyayangi shandy namun bakat yang dimiliki willy tak sebanding dengan shandy, sehingga mereka berusaha mendidik willy sama seperti kakaknya, padahal keinginan willy bertolak belaka ia lebih menyukai seni, sejak kecil bakatnya ada pada bidang itu namun ayah dan ibunya tak mendukung dan malah mengubahnya menjadi orang lain sehingga jadilah willy seperti ini. Meskipun seperti itu keinginan willy untuk membeli ini itu segala fasilitasnya selalu dibelikan terkecuali saat memasuki dunia kuliah semuanya seakan suram baginya, karena ayahnya ingin kedua putranya kuliah dalam satu jurusan yang sama agar perusahaan-perusahaan yang ia punya kelak dapat diduduki oleh kedua putra kebanggaannya itu, shandy terlihat antusias karena ia benar menyukai bidang itu, namun willy tidak sama sekali, ia tak menyukai bisnis dan tak tertarik sedikitpun, namun ia juga tak bisa menolak keinginan ayahnya dan tak mau menyakiti ibunya. Sehingga sikap buruklah yang muncul dan membuat ibu dan ayahnya uring-uringan.

                Lain hal nya shandy ia terus duduk melamun di atas tempat tidurnya sembari membuka laptopnya, perlahan ia mengamati sebuah folder yang berisikan gambar gadis yang ia sayangi, namun terbesit rasa sakit yang tak dapat ia lupakan, ada rasa rindu dan ada pula rasa benci, ia memutuskan untuk tak memikirkan hal itu lagi, ia berusaha fokus dengan apa yang ingin ia lakukan kedepan, karena setelah wisuda ayahnya menawarkan shandy untuk menduduki jabatan kecil dikantornya untuk belajar berbisnis dan mengenal dunia perusahaan ayahnya itu, shandy tidak menolak ia merasa ingin melakukan hal itu, setidaknya dia belajar dari hal kecil dan tidak langsung menempati posisi tinggi diperusahaan ayahnya. Lalu sedikit demi sedikit ia memagar hatinya untuk tak memikirkan hal yang mempersulit dirinya, termasuk melupakan fanna yang akan ia lakukan, kemudian setelah sebentar membuka file gambar dilaptopnya ia menekan option lalu memilih untuk menghapus folder dan seluruh isinya semua kenangan bersama fanna pun lenyap, begitu juga difikirannya seakan semuanya dilenyapkan.

***
   
    Keesokan paginya saat ditengah meja makan keluarga pun makan bersama, terdapat hal berbeda saat ini semuanya berkumpul, karena seperti biasanya willy selalu bangun telat, kadang Bi ella yang mengantarkan sarapan ke kamar tidurnya, lalu ditambah lagi sekarang ada Ranti dan anaknya  semuanya cukup merasa akrab, “shandy, kamu makan yang cukup, hari pertama kamu masuk kerja diperusahaan papi kamu jangan sampai telat” sambil membetulkan dasi anaknya, meskipun sedang berada dimeja makan namun Erlita selalu member wejangan dan nasehat pada anaknya itu “iya mi, shandy ga telat.”
“aduh jeng, lihat shandy pake jas sangat berbeda kelihatan gagah dan tampan ya jeng..” Ranti menambahkan seolah-olah ia kagum pada putra sahabatnya itu
“tentu saja jeng, shandy anak saya yang sangat tampan bukan” ibunya menambahkan, shandy hanya tersenyum, dan ayahnya pun mengakui hal yang sama, kini putranya yang duduk dimeja makan terlihat berbeda dan berwibawa sama seperti dirinya, tepat seperti apa yang diharapkan ayahnya. “nah willy, kamu harus mencontoh kakak mu ini, lihat dia udah wisuda dan mau mulai bekerja diperusahaan papi”, willy tersedak makanan, ketika ibunya berbicara itu padanya, “iya mi, willy akan berusaha keras lagi” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya, namun disisi lain sella tersenyum ia melihat willy seperti tidak membantah ibunya lagi, ia terlihat sedikit mengalah dan menjawab pertanyaan ibunya dengan baik.
Setelah percakapan dimeja makan usai Shandy dan ayahnya pergi ke kantor, willy juga segera bergegas ke kampus karena kebetulan ada kuliah pagi hari ini, lalu sella berusaha membantu bi ella untuk merapikan meja makanan “aduh sella, biarin aja bi ella yang beresin kamu ga perlu repot-repot ” erlita mencegahnya, “engga ko tante, sella dirumah suka membantu mama sama bi Rum juga ko, jadi biarin sella bantu bi ella”
“ya ampun, kamu memang rajin ya, yaudah kalau kamu mau bantuin bi ella”
Dengan senang hati sella membantu bi ella membereskan meja dan mencuci piring didapur, sedangkan erlita dan mamanya ia punya urusan lain untuk bertemu dengan salah satu temannya dulu dan berniat membuka butik dan usaha bersama, lalu mereka pergi untuk membicarakan hal itu.
Siang harinya sella setelah merapikan kamar tidurnya dia menghampiri bi ella, “bi ella lagi bikin apa?”, wanita paruh baya itu tersenyum, “ini non sella, bibi lagi buat pudding kesukaannya den willy, kebetulan den willy suka banget non sama pudding. ”
“oh begitu ya, sini bi sella bantuin” sella bergegas mengambil cetakan pudding dan meletakannya, “sebenarnya den willy itu sangat baik non, tapi ya gitulah nyonya sama tuan selalu aja maksa buat nurutin kehendak den willy, makanya dia jadi begitu ” tembahnya
“aku berfikir demikian juga bi, memang willy beda banget sama shandy, tapi kasian juga kalau begitu”. “iya non, kasian tapi den willy selalu menentang nyonya, makanya kemaren tuan sama nyonya kasian pas den shandy wisuda, den willy engga mereka sangat marah dan keliahatannya kecewa”, bi ella bercerita panjang lebar tentang majikannya itu, ia terbilang sangat dekat dengan willy karena sejak kecil shandy dan willy dibesarkan oleh bi ella juga, jadi ia tahu keadaannya seperti apa. Tak lama kemudian terdengar suara pintu rumah dibuka, “eh kalian lagi sibuk gossip apa ngomongin kegantengan saya ini” celetuk laki-laki dibelakang pintu dapur itu sambil menghampiri mereka “eh den willy sudah pulang”
“udah dong bi tinggal setor muka aja terus pulang deh, bibi masak apa? Ngapain ngajakin si poni kuda itu juga?” ledeknya sambil mencuri pandang terhadap gadis yang disamping bi ella yang sedang mencoba memasukan pudding panas yang siap saji itu “ini loh den, bibi sama non sella buat pudding kesukaan den willy loh”
“iya, dengan penuh cinta ya bi” sella menambahkan sambil meledek willy, willy terbelalak lalu tertawa “sejak kapan sih poni kuda bisa masak, yang ada pudding saya ga enak nanti bi” ejeknya
“jangan salah den, tadi pagi aja yang bantuin bibi masak sarapan pagi non sella yang bantuin”, willy terlihat kaget, dan sela hanya tersenyum mendengar pembelaan bi ella itu, “ah yang benar bi? Pantas rasanya ga seperti biasanya, rasanya gaenak!”
“gaenak tapi habis dimakan kok yah.” Sella nyeletuk lagi membela dirinya, tak bisa dipungkiri willy tak berniat mengejeknya karena makanan yang tadi pagi ia makan rasanya memang tak seperti biasanya, bukan karena tidak enak tapi karena ada sedikit kekhasan nasi goreng itu seperti dicampur racikan bumbu bawang putih dan rasanya enak dan sedap. “lagian kamu ko kuliah setor muka doing wil, ga belajar apa?” tanyanya penasaran
Willy meraih kaleng kerupuk di meja makan itu lalu duduk di salah satu kursi dekat dengan kitchen room, dan dengan enteng menjawab pertanyaan sella “ngapain belajar, di Binus tuh ya terserah kita mau cabut atau engga yang penting id card gue udah absen.”
“tapi sayanglah kamu kok nyia-nyiain ilmunya, itu rugi dikamu, pantas kamu ga lulus wisuda” celanya dengan kesal “yang rugi kan papi bukan gue”
Sella tambah kesal willy sepertinya menyepelekan hal penting, karena sella sejak kecil di didik untuk jangan menyia-nyiakan kesempatan “sudah-sudah jangan bertengkar, mending non sella bantu bibi yuk buat bikin pisang keju kesukaan den shandy, nanti pulang dark kantor biar tinggal bibi panggang aja di open” bi ella mencoba melerai, lalu sella kembali bergulat dengan bahan yang bi ella sediakan tanpa memperdulikan willy, sedangkan willy sesekali meliriknya dan meledeki, sesekali dia juga iseng melempar kerupuk kehadapan sella yang mebuatnya semakin merasa jengkel.

       Malam harinya, ketika shandy pulang dari kantor bi ella menyiapkan makan malam dan membawakannya kekamar shandy, karena kebetulan malam sekarang tak ada jamuan makan malam karena ayahnya sibuk dengan klien ada meeting dengan perusahaan lain, sedangkan ibunya dan Ranti setelah membicarakan soal butik mereka menghadiri acara reunian dan belum pulang, sedangkan Willy sibuk memainkan gitar listriknya dikamar.
“den shandy ini sup ayam sama pisang kejunya, nyonya dan tuan belum pulang dan bibi tidak masak banyak tadi” shandy yang terlihat sangat lumayan lelah dan lapar langsung memakannya “makasih bi, kebetulan saya belum makan malam tadi”
“gimana den kerja pertamanya, menyenangkan?” bi ella seperti menanggap shandy anaknya sendiri karena ia juga menyayanginya, “lumayan bi, tapi belum terbiasa masih agak sulit” setelah suapan kedua shandy terdiam “bi ko masakan ini ga seperti biasa? Siapa yang masak?” shandy sudah tahu betul masakan bi ella Karena sudah terbiasa namun kali ini ada apa dengan sup ayam yang di makannya kali ini berbeda, bi ella tersenyum dan segera menjawab “itu tadi yang masak sebenarnya non sella, tadi dia bantu bibi tapi tadi bibi bantuin pak min nguras kolam ikan, jadi non sella maksa dia yang buat makan malam untuk den shandy”
“oh” tukasnya singkat, “memangnya kenapa den? Ada yang salah dengan sup ayamnya?”
Ia langsung menukasnya “oh engga kok bi, ga apa-apa” lalu bi ella pamit dari kamarnya, ia tak lagi bisa menutupi apa yang ia rasakan, kali ini sup yang ia makan rasanya benar-benar sangat buruk, membuat lidahnya terasa aneh dan mukanya memerah. Lalu shandy turun dari kamarnya dan pergi kedapur mengambil minum air putih sebanyak-banyaknya. Kebetulan disana sella sedang membuat teh hangat, “eh shandy, cari apa?” shandy menghampiri sella “jangan banyak nanya deh” lalu beranjak pergi “shan muka kamu merah kamu kenapa, sakit?” sella kembali menanyakan, “ini gara-gara kamu tau!” sella kaget, apa yang salah padanya, “aku ga suka bawang putih, dan ga pernah suka, aku alergi sama  bawang putih, terus kamu sok tahu masukin bumbu itu kedalam sup ayam yang kamu buat?”
Ia langsung mengerti apa yang dituduhkan shandy, ia memang memasakan supnya dan menambahkan racikan bumbu bawang putih itu, karena memang tidak tahu kalau shandy alergi pada bawang putih itu“ jadi kamu alergi gara-gara sup yang aku buat? Maafin aku shan aku gak tau, aku kira kamu ga alergi, aku nambahin bumbu itu biar masakannya enak, ga bermaksud apa-apa” dengan penuh sesal. Shandy pun berbalik
“udah ya mulai sekarang, kamu jangan masakin apapun buat aku, biarin bi ella aja dan jangan ikut campur sama urusan orang lain” sebelum sella membuka mulutnya lagi untuk berbicara shandy sudah meninggalkannya. Sella sangat menyesal sekali, karena dia shandy menjadi seperti ini.
                Dia berniat kekamar shandy, setelah sampai depan kamar tidurnya ia melihat pintunya tak di tutup, lalu ia mencoba melihat shandy, kebetulan shandy sedang menggaruk bagian wajahnya dan tangannya yang terlihat memerah, sella turun dari kamarnya mengambil salep oles dan kembali ke kamar shandy, ia langsung masuk “maafin aku shan, tadi pintu kamar mu ga kamu tutup aku masuk, terus bawain salep oles buat kamu” sambil menyerahkannya, shandy menoleh lalu mengambil salepnya “thanks” sella keluar dari kamarnya dalam penuh sesal. 


*Bersambung*